Page 33 - Rekayasa Pantai
P. 33
3 TEORI GELOMBANG
4
3.1. Karakteristik Gelombang
Parameter terpenting yang digunakan untuk menjelaskan suatu gelombang adalah
tinggi dan panjang gelombang serta kedalaman perairan dimana gelombang
tersebut merambat. Kecepatan rambat gelombang secara teoritis dapat ditentukan
dari kualitas parameter tersebut.
Gelombang di alam jarang tampak persis sama dari satu gelombang ke gelombang
yang lainnya. Juga tidak selalu menyebar ke arah yang sama. Seandainya suatu
alat untuk mengukur elevasi muka air, η , sebagai fungsi dari waktu ditempatkan
pada suatu anjungan di tengah laut, akan diperoleh suatu rekaman data gelombang
yang berbentuk acak. Laut tersebut dapat dipandang sebagai superposisi dari
banyak sinusoid yang bergerak ke segala arah. Superposisi sinusoid tersebut
memberikan kemungkinan penggunaan analisa Fourier dan teknik spektrum untuk
digunakan dalam menjelaskan kondisi gelombang laut. Hanya saja banyak
keacakan yang terjadi di laut, sehingga dibutuhkan teknik statistik untuk dapat
menunjang penyelesaian masalah. Tetapi disamping itu terdapat keuntungan yang
dijumpai, yaitu gelombang di perairan dangkal mempunyai bentuk yang lebih
teratur dibandingkan dengan gelombang di laut dalam. Oleh karena itu dalam
kasus ini setiap gelombang lebih sederhana jika dijabarkan dengan satu sinusoid
yang berulang secara periodik.
Dalam hal ini gelombang yang nonlinier dilinierkan dengan menggunakan
berbagai asumsi. Teori ini dikenal dengan Teori Gelombang Linier atau Teori
Gelombang Amplitudo Kecil. Teori ini biasanya merupakan pendekatan pertama
dalam mempelajari masalah gelombang. Teori Gelombang Linier akan dijelaskan
lebih rinci pada salah satu sub bab dalam bab ini.
3.2. Definisi Parameter Gelombang 4
Tinggi gelombang H adalah jarak vertikal dari puncak gelombang ke lembah
gelombang. Periode gelombang T adalah lamanya waktu dua puncak gelombang
berturutan melewati suatu titik tertentu. Panjang gelombang L adalah jarak
4 Yati Muliati, Studi Awal Perumusan Karakteristik Gelombang Laut Jawa, Bandung, ITB,
1997.
21