Page 87 - BUKU_Nurtati Soewarno dkk
P. 87
peletakan batu pertama yang dilakukan oleh Asta Kandjeng Bupati
Bandung, Raden Tumenggung Hassan Soemadipradja, didampingi
oleh Patih Bandung, Raden Rg Wirijadinata dan Panghulu Bandung,
Raden Hadji Abdul Kadir. Setahun kemudian, tepatnya pada 27 Januari
1934, masjid diresmikan di atas lahan seluas 2.675m2. Wali Kota
Bandung saat itu, Wolzogen Kuhr menyempatkan hadir bersama
anggota Dewan Kota dan sejumlah pejabat pemerintah Hindia Belanda
(R-Fikry).
Keberadaan Masjid Cipaganti tidak lepas dari nama besar
pengusaha susu terkenal asal Italia yaitu PA Ursone. Beliau
menyumbangkan tanah untuk pembangunan masjid ini melalui istrinya
Nyi Oerki. Tujuan awalnya adalah untuk mempermudah ibadah bagi
umat Islam yang bekerja di perusahaan susu milik Ursone. Adapun
pembuatan ornamen keramik pada masjid ini dilakukan oleh Keramich
Laboratorium Bandung, sedangkan pembuatan ornamen kayu
dilakukan oleh murid-murid pribumi dari Sekolah Teknik Haminte
(Gemeentelijke Ambachtsschool).
Masyarakat Sunda dulu menyebut Masjid dengan sebutan Bale
Nyungcung. Hal ini dikarenankan atap limasnya yang menjulang tinggi.
(nyungcung memiliki arti kerucut atau limas runcing ke atas) R-
Purnama. Bangunan yang ada saat ini adalah hasil renovasi dan
pengembangan pada masa pemerintahan Walikota Bapak Ateng
Wahyudi, yang dilaksanakan pada tanggal 2 Agustus 1979 hingga 31
Agustus 1988.
Saat ini bangunan asli masjid hanya tinggal bagian tengah saja,
sedangkan sayap kiri dan kanan adalah hasil penambahan yang
dilakukan seiring dengan meningkatnya jumlah dan kebutuhan
masyarakat Muslim dalam melakukan ritual ibadah.
78

