Page 85 - BUKU_Nurtati Soewarno dkk
P. 85
BAB 4. MASJID RAYA CIPAGANTI
4.1 Latar Belakang
Pada abad ke 20 pembangunan kota Bandung bergerak ke arah
Utara yang udaranya lebih sejuk. Perkembangan ini sejalan dengan
didirikannya Gemeente Ziekenhuis atau Rumah Sakit Kota (sekarang
RS Hasan Sadikin), Instituut Pasteur (sekarang Biofarma) dan
pembangunan hunian di kawasan utara Bandung. Pembangunan
kawasan Utara ini merubah kebun-kebun dan sawah menjadi sebuah
kawasan pemukiman. Selain rumah-rumah dibangun pula jalan-jalan
dan yang terlebar adalah jalan Cipaganti yang sejajar dengan jalan
pertama menuju Lembang (sekarang jalan Cihampelas). Untuk
keperluan tersebut Mesjid Cipaganti lama di gusur. (R Fikri).
Baru 10 tahun kemudian Mesjid Cipaganti didirikan kembali
dengan mengikuti persyaratan dalam Peraturan Bangunan Gedung
yang di awasi oleh Dinas Pekerjaan Umum (BOW), seperti ditulis dalam
koran De koerier, 13 Desember 1932 (R Fikri). Hal ini dikarenakan
kawasan Bandung Utara pada masa lalu direncanakan sebagai Een
Western Enclave atau permukiman elite bangsa Eropa dan sedikit
bangsawan pribumi sehingga bangunan-bangunan di kawasan tersebut
harus terencana dengan baik.
Masjid Raya Cipaganti atau yang dahulu bernama Masjid Kaum
Cipaganti adalah masjid pertama yang didirikan di kawasan Bandung
Utara. Masjid ini didirikan berdasarkan usulan dari tokoh atau orang-
orang penting Bandung yang merasa tak ada masjid di wilayah Utara.
Mesjid ini didirikan di tepi Nyland Weg, sebuah jalan penghubung
Bandung dengan Lembang yang kemudian berganti nama menjadi
jalan Cipaganti.
76

